Lebaran atau Hari Raya Idul Fitri adalah salah satu momen paling penting bagi umat Islam di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Setiap daerah di Indonesia memiliki cara khas dalam merayakan Lebaran, dan salah satu daerah yang memiliki tradisi Lebaran yang sangat unik adalah Betawi. Betawi, sebagai suku asli Jakarta, memiliki sejumlah tradisi dan kebiasaan yang sudah diwariskan turun-temurun, mencerminkan kekayaan budaya dan identitas mereka.

Tradisi-tradisi Lebaran Betawi sering kali menggabungkan unsur-unsur Islam, budaya lokal, serta pengaruh dari berbagai budaya asing yang masuk ke wilayah Jakarta selama berabad-abad. Tradisi-tradisi ini tidak hanya memberikan warna pada perayaan Lebaran, tetapi juga mempererat hubungan antar keluarga dan komunitas. Berikut adalah enam tradisi Lebaran Betawi yang unik dan menjadi ciri khas masyarakat Betawi dalam merayakan Idul Fitri.

1. Dulang: Hidangan Lebaran Khas Betawi

Salah satu tradisi yang tak boleh terlewatkan dalam perayaan Lebaran Betawi adalah hidangan khas Betawi yang disajikan dalam bentuk dulang. Dulang adalah wadah besar yang biasanya terbuat dari kayu atau anyaman bambu, di mana berbagai hidangan khas Betawi disajikan. Hidangan-hidangan ini umumnya mencakup nasi, lauk pauk, kue-kue tradisional, serta sayuran.

Beberapa makanan yang biasa disajikan dalam dulang antara lain ketupat, opor ayam, rendang, soto Betawi, semur jengkol, dan berbagai jenis kue seperti kue cubir, kue semprit, serta kue lapis legit. Dulang biasanya ditempatkan di tengah-tengah ruang tamu, dan keluarga atau tamu yang datang akan bersama-sama menikmati hidangan dengan cara bergotong-royong. Ini menjadi simbol kebersamaan dan kekeluargaan dalam merayakan Lebaran.

Tradisi menyantap hidangan dalam dulang ini menggambarkan konsep “bersama-sama” yang sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat Betawi. Selain itu, tradisi ini juga mengajarkan rasa syukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT dan mempererat hubungan sosial antar keluarga dan tetangga.

2. Ziarah Kubur dan Doa Keluarga

Salah satu tradisi Lebaran Betawi yang sangat kental adalah ziarah kubur. Pada hari pertama atau kedua Lebaran, banyak orang Betawi yang mengunjungi makam orang tua, saudara, atau kerabat mereka yang sudah meninggal dunia. Ziarah ini dilakukan dengan tujuan untuk mendoakan roh-roh yang telah meninggal, serta sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur.

Masyarakat Betawi percaya bahwa doa yang dipanjatkan di makam akan diterima oleh Allah SWT dan memberikan manfaat bagi orang yang sudah meninggal. Selain itu, ziarah kubur juga menjadi waktu yang tepat untuk berkumpul dengan keluarga besar dan mengenang masa-masa bersama orang yang sudah tiada. Tradisi ini menjadi ajang mempererat tali silaturahmi antar keluarga serta mengenang jasa dan perjuangan orang tua atau leluhur yang telah memberikan banyak hal kepada mereka.

Selain itu, setelah ziarah kubur, keluarga biasanya akan berkumpul di rumah untuk saling bermaaf-maafan. Hal ini adalah simbol pembersihan diri dari segala dosa dan kesalahan, baik yang dilakukan kepada Allah SWT maupun kepada sesama manusia.

3. Takbiran Malam Lebaran

Takbiran adalah bagian dari tradisi Lebaran yang sangat erat dengan budaya Betawi. Sebelum memasuki hari raya Idul Fitri, masyarakat Betawi bersama-sama merayakan malam takbiran. Pada malam ini, biasanya masjid-masjid, mushola, dan rumah-rumah warga akan dipenuhi dengan suara takbir yang menggema, mengungkapkan rasa syukur atas selesainya menjalankan ibadah puasa.

Yang menarik, di Betawi, takbiran malam ini tidak hanya dilakukan di masjid atau mushola, tetapi juga sering dilakukan dengan cara berjalan kaki keliling kampung. Sejumlah warga akan membawa beduk dan menabuhnya bersama-sama sambil mengucapkan takbir. Kegiatan ini disebut takbiran keliling dan menjadi salah satu tradisi khas yang masih banyak dilakukan oleh masyarakat Betawi. Takbiran keliling ini menjadi simbol kegembiraan dan rasa syukur atas datangnya hari yang suci, serta mempererat kebersamaan antar warga.

Tidak hanya itu, dalam takbiran keliling, warga juga biasanya mengenakan pakaian terbaik mereka dan membawa lampu petromax atau obor untuk menerangi jalanan yang gelap. Hal ini memberi kesan meriah dan penuh semangat dalam menyambut hari raya Idul Fitri.

Depok
Depok

4. Halal Bihalal (Silaturahmi Keluarga dan Tetangga)

Setelah menjalani ibadah puasa dan saling bermaaf-maafan, tradisi halal bihalal menjadi bagian penting dalam perayaan Lebaran Betawi. Tradisi halal bihalal ini merupakan waktu yang tepat bagi masyarakat Betawi untuk berkumpul dengan keluarga, kerabat, dan tetangga, serta saling memaafkan. Biasanya, setelah salat Idul Fitri, warga akan mengunjungi rumah keluarga atau tetangga untuk saling bersilaturahmi.

Pada saat halal bihalal, biasanya dihidangkan berbagai jenis makanan dan minuman, seperti ketupat, opor ayam, hingga kue-kue Lebaran. Acara ini sering kali diisi dengan cerita-cerita lama, saling berbagi kabar, dan merayakan kebersamaan dalam suasana penuh kehangatan dan kebahagiaan.

Selain di rumah keluarga, halal bihalal juga bisa dilakukan di tempat-tempat umum seperti kantor atau komunitas. Banyak orang Betawi yang berpendapat bahwa halal bihalal adalah cara terbaik untuk menyambung tali persaudaraan yang sudah terjalin lama, serta membangun hubungan yang lebih dekat dengan orang-orang di sekitar mereka.

5. Pakaian Adat Betawi pada Hari Raya

Tidak hanya makanan dan tradisi, masyarakat Betawi juga memiliki tradisi dalam hal pakaian yang dikenakan pada hari Lebaran. Pada hari raya Idul Fitri, banyak orang Betawi yang mengenakan pakaian adat Betawi, yang dikenal dengan sebutan baju kurung Betawi untuk perempuan dan baju pangsi untuk laki-laki. Pakaian adat ini menjadi simbol kebanggaan atas budaya Betawi yang kaya akan sejarah dan tradisi.

Baju kurung Betawi biasanya dikenakan dengan kain batik khas Betawi, serta aksesori seperti perhiasan emas dan ikat kepala yang dikenal dengan nama samping. Sedangkan untuk pria, baju pangsi biasanya dipadukan dengan celana panjang dan ikat kepala atau kopiah. Pakaian adat ini memberikan nuansa khas yang membedakan Betawi dari daerah lainnya di Indonesia.

Selain pakaian adat, beberapa keluarga Betawi juga memiliki kebiasaan untuk mengenakan pakaian seragam keluarga pada hari Lebaran. Tradisi ini menjadi ajang untuk menunjukkan rasa kekompakan dan kebersamaan dalam keluarga.

6. Kebiasaan Membagikan Angpao (Uang Raya)

Seperti halnya di banyak daerah lain di Indonesia, tradisi membagikan angpao atau uang raya juga menjadi bagian dari perayaan Lebaran di Betawi. Namun, yang membedakan adalah jumlah angpao yang diberikan sering kali disesuaikan dengan kedekatan hubungan antara pemberi dan penerima angpao.

Angpao biasanya diberikan oleh orang yang lebih tua kepada yang lebih muda, seperti kepada anak-anak atau sanak saudara yang lebih muda. Uang yang diberikan dalam angpao ini tidak hanya sebagai simbol kebahagiaan dan keberkahan, tetapi juga sebagai bentuk perhatian dan kasih sayang. Pembagian angpao ini semakin mempererat hubungan kekeluargaan dan rasa saling peduli antar sesama.

Baca Juga : Gunung Merapi Jogjakarta Masih Status Siaga Aktif

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Trending